BRITA7 - Tiap hari manusia akan terbiasa dengan yang namanya berhubungan dengan uang. baik gambar atau desain pada uang kertas rupiah selalu menarik, detail, serta mudah diingat. Desain itu juga iconic symbol. Lantas adakh yang tahu siapakah sosok dibalik pembuatnya, siapakah otak di balik kreativitas tersebut? Ia adalah Mujirun (57), pria asal Yogyakarta.
teknik engraving Mujirun, Sosok Kreatif di Balik Desain Uang Kertas Rupiah Mujirun, Sosok Kreatif di Balik Desain Uang Kertas Rupiah.
Mujirun merupakan pensiunan pegawai perusahaan Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri). Hasil karya Mujirun bisa disimak pada mata uang kertas dari tahun 70an hingga 90an.
Karya -karyanya di antaranya adalah gambar pahlawan Sisingamangaraja XII di uang Rp 1.000(keluaran 1987), gambar rusa Cervus Timorensis untuk uang Rp 500 (1988), gambar anak Gunung Krakatau untuk uang Rp 100 (1991). Lalu, gambar Gunung Kelimutu untuk uang Rp 5.000 (1991), Ki Hajar Dewantoro di uang kertas Rp 20 ribu (1998), Paskibraka di uang Rp 50 ribu (1999), serta gambar Kapitan Pattimura Rp 1.000, gambar Pulau Maitara dan Tidore Rp 1.000, serta Tuanku Imam Bonjol Rp 5.000 (ketiganya keluaran 2001).
Alumni Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Yogyakarta ini mengaku awalnya ditawari oleh seseorang yang bekerja di BUMN untuk bekerja di Peruri. Saat itu dirinya sudah disiapkan menjadi pendamping engraver senior di Peruri, Sajirun.
Pria kelahiran 26 November 1958 tersebut menuturkan bagaimana dirinya bisa bekerja di Peruri, “Saya tidak tahu dari mana orang itu tahu kalau saya bisa melukis. Padahal, saat itu saya belum selesai sekolah,” ujarnya pada
Saat itu Mujirun berfikir tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang mapan. Bayangkan saja, ia di tawari pekerjaan dengan bayaran saat itu sebesar Rp 50 ribu perbulan. Sedangkan pendapatan rata-rata PNS sebesar Rp 18 ribu.
Pria yang menetap di komplek Peruri, Ciledug ini berujar “Karya pertama saya gambar pahlawan Teuku Umar pada pecahan Rp 5 ribu. Uang itu dikeluarkan BI (Bank Indonesia) tahun 1986,” beber dia.
Mujirun menuturkan, pembuatan gambar uang negara harus memalui proses seleksi yang ketat dan tidak mudah. Sebelumnya, ia beserta empat engraver Peruri diminta untuk menggambar teknik pen drawing secara manual. Lalu hasilnya akan diserahkan ke pimpinan Bank Indonesia. Setelah disetujui, baru bisa dikerjakan oleh seniman yang bersangkutan.
Foto:khoiruummah27.blogspot.com |
Seniman yang mau bekerja kantoran tersebut mengaku bahwa selama bekerja di Peruri, dirinya acap kali dikirim ke luar negeri untuk memperdalam teknik engraving serta ilmu-ilmu yang berhubungan.
Ia berkesempatan ke Swiss, Italia, Malaysia, dan beberapa negara lain di Eropa, untuk mempertajam keahliannya. Bahkan ketika di Malaysia, dirinya hampir saja dibajak oleh negeri Jiran dengan iming-iming kesejahteraan yang lebih baik. Tentu saja, tawaran tersebut ditolak mentah-mentah. Ia lebih cinta Ibu Pertiwi.
Pria yang mengambil pensiun dini pada tahun 2009 ini juga mengakui ada kenangan tersendiri selama menggambar uang rupiah. Kenangan mendalam itu ada pada pecahan uang 50 ribu yang bertorehkan wajah presiden Soeharto.
Gambar ini lalu terkenal dengan sebutan ‘Pak Harto Mesem’. Gambar desain uang tersebut dimenangkan Mujirun setelah bersaing sengit dengan para engraver lain. Tidak hanya engraver dari Peruri, namun ada yang pula engraver asing. “Gambar itu yang paling mengesankan,” tuturnya.
Sekadar informasi, tak banyak engraver di tanah air. Sebab seniman di kategori ini harus menguasai teknik teknik engraving. Yakni teknik menggambar dengan cara mencukil media logam dengan proses yang sangat detail. Teknik ini biasa dilakukan di atas pelat baja. Hal ini bertujuan agar gambar tersebut tidak mudah ditiru dan dipalsukan.
Setelah pensiun dini, Mujirun tak nganggur. Ia masih punya banyak kegiatan. Saat ini ia sibuk sebagai pengusaha dan juga pelukis aliran realis. Karena kelihaiannya yang sudah tersohor, banyak pelanggannya berasal dari kalangan pejabat dan orang-orang penting. Harga lukisannya pun selangit. Ada yang mencapai jutaan rupiah per lukisannya.
Foto: chirpstory.com |
Mujirun bahkan pernah diminta mantan ibu negara Ani Yudhoyono untuk masuk bidang akademik. Tujuannya untuk mengajarkan teknik graving pada penerus bangsa. “Dalam pameran di Epicentrum, Jakarta, November 2012, Bu Ani meminta saya membuka sekolah engrave. Katanya sayang kalau tidak ada generasi baru yang bisa teknik menggambar itu,” ungkap dia seperti dikutip dari buku Hidup Makmur Di Masa Pensiun karangan Edy Sasmito.
Mujirun sosok seniman yang langka. Ia menguasai teknik menggambar yang jarang dikuasai profesi serupa. Karya-karyanya telah dilihat dan diamati oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Sayang, namanya tak pernah ‘ditenarkan
Sumber: http://efekgila.com / kabarenam.blogspot.com