TERNYATA
GAJI YANG KITA BERIKAN UNTUK MENGHIDUPI KELUARGA KITA ITU BERNILAI IBADAH DAN
MERUPAKAN PAHALA BUAT KITA.
BRITA7 -
Sering kita denger “gaji saya 5, alias tanggal 5 sudah habis”. Banyak sekali
kejadian para karyawan ketika datang tanggal muda dan cairnya gaji langsung
merasa pusing karena harus mengatur pengeluaran ini dan itu. Karena gaji
langsung habis di tanggal muda, untuk nafkah istri, bayar listrik, air, biaya
pendidikan anak dan keperluan keluarga lainnya?
Sebenarnya
tidak demikian cara pandangnya jika kita berkiblat pada 3 hadits berikut ini;
Gaji adalah salah satu sumber nafkah yang dapat di berikan kepada keluarga dan bernilai ibadah |
Hadits
pertama
دِينَارٌ
أَنْفَقْتَهُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ
تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا
أَجْرًا الَّذِى أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ
“Satu
dinar yang engkau belanjakan di jalan Allah, satu dinar yang engkau belanjakan
untuk membebaskan budak, satu dinar yang engkau belanjakan untuk orang miskin,
dan satu dinar yang engkau belanjakan untuk keluargamu, yang paling besar
pahalanya adalah yang engkau belanjakan untuk keluargamu” (HR. Muslim)
Jangan
galau, jangan bersedih hati jika gajimu (misalkan Rp 3 juta) habis untuk
menafkahi istri dan anak-anak, lalu engkau tidak bisa sedekah untuk kaum
dhuafa’ dalam jumlah banyak. Sesungguhnya nafkah untuk istri dan anak merupakan
sedekah, bahkan pahalanya lebih besar daripada sedekah lainnya.
“Nafkah
kepada keluarga itu lebih utama dari sedekah yang hukumnya sunnah,” terang Imam
Nawawi.
Hadits
kedua
أَفْضَلُ
دِينَارٍ يُنْفِقُهُ الرَّجُلُ دِينَارٌ يُنْفِقُهُ عَلَى عِيَالِهِ وَدِينَارٌ يُنْفِقُهُ
الرَّجُلُ عَلَى دَابَّتِهِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ يُنْفِقُهُ عَلَى أَصْحَابِهِ
فِى سَبِيلِ اللَّهِ
“Dinar
yang paling utama yang dibelanjakan oleh seorang lelaki adalah dinar yang ia
belanjakan untuk keluarganya, dinar yang ia belanjakan untuk kudanya di jalan
Allah (perlengkapan jihad), dinar yang ia belanjakan untuk sahabat-sahabatnya
di jalan Allah” (HR. Muslim)
Jangan
galau, jangan bersedih hati jika gajimu habis untuk menafkahi istri dan
anak-anak. Sebab menafkahi istri dan anak-anak merupakan sedekah utama, bahkan
lebih utama daripada membiayai jihad di jalan Allah. “Beliau (Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam) memulai dari keluarga,” demikian Abu Qilabah
menyimpulkan urutan keutamaan dalam hadits ini.
Hadits
ketiga
مَا
أَطْعَمْتَ نَفْسَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ وَمَا أَطْعَمْتَ وَلَدَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ
وَمَا أَطْعَمْتَ زَوْجَتَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ وَمَا أَطْعَمْتَ خَادِمَكَ فَهُوَ
لَكَ صَدَقَةٌ
“Apa
yang engkau nafkahkan untuk makanmu, ia dinilai sebagai sedekah bagimu. Apa
yang engkau nafkahkan untuk makan anakmu, ia dinilai sebagai sedekah bagimu.
Apa yang engkau nafkahkan untuk makan istrimu, ia dinilai sebagai sedekah
bagimu. Apa yang engkau nafkahkan untuk makan pembantumu, ia juga dinilai
sebagai sedekah bagimu.” (HR. Ahmad)
Masya
Allah… bahkan apa yang kita makan, yang kita nafkahkan untuk makan anak, istri
dan pembantu juga dinilai sebagai sedekah.
Masihkah
dirimu galau?
Sungguh
rahmat Allah sangat luas.
Sumber:
[Muchlisin BK/Webmuslimah]